Jakarta (ANTARA) - Inisiator dan chairman Java Jazz Festival, Peter Gontha, meluruskan kesalahpahaman pandangan bahwa genre musik jazz cenderung memiliki segmentasi yang diperuntukkan hanya untuk kalangan orang tua.

Sebaliknya, ia menilai musik jazz, terlebih festival yang ia gagas, harus digeluti oleh anak-anak muda yang memiliki semangat dan kecintaan tinggi terhadap musik tersebut.

“Ada kesalahan pandangan bahwa jazz itu segmented. Memang benar bahwa tidak seperti musik dangdut, kebanyakan musisi jazz adalah anak sekolah (musik). Tetapi, sekarang segmentasi anak muda banyak sekali yang menuju ke jazz,” jelas Peter di Jakarta, Minggu (4/6).

Baca juga: Apresiasi Peter Gontha untuk sosok Bob James di Java Jazz 2023

Ia lalu mencontohkan selama beberapa kali gelaran The Jakarta International BNI Java Jazz Festival dengan menggamit musisi-musisi muda lintas-genre dan generasi, baik lokal maupun mancanegara, terbukti mendapatkan respons positif dari seluruh penikmat jazz yang hadir.

Penampilan grup Deredia pada gelaran The Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2023, Sabtu (3/6). (ANTARA/Ahmad Faishal)

“Musik itu dasarnya jazz, klasik, rhythm and blues. Jazz merupakan ekspresi orang yang berontak, dalam arti kata boleh main dengan nada apa saja, dan merupakan suatu tanda kebebasan berekspresi. Jadi, jazz nggak segmented. Siapa yang senang musik, harusnya senang jazz,” imbuhnya.

Lebih jauh Peter melihat pentingnya keberadaan generasi penerus untuk melanjutkan tongkat estafet keberlangsungan musik jazz di Indonesia, salah satunya lewat festival-festival musik yang berkualitas tinggi.

“Alhamdulillah, kalau boleh dikatakan tanpa bermaksud meninggikan hati, Java Jazz adalah festival musik jazz terbesar di dunia seperti dikatakan banyak musisi. Ini memang pekerjaan anak muda umur 25-40 tahun, nggak boleh lebih, karena mereka bekerja tanpa batas dan pamrih. Kebanyakan mereka volunteer, banyak sekali, tahun ini saja ada 200 sampai 300 orang. Nggak mungkin kami bayar mereka,” terangnya.

Mencermati dinamika zaman dan keberlangsungan festival yang ia gagas, Peter tak menampik bahwa harus selalu ada penyesuaian yang dilakukan agar genre jazz tetap bertahan atau tak lekang tergerus waktu.

Penampilan grup Compadres pada gelaran The Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2023, Jumat (2/6). (ANTARA/Satrio Marwanto)

“Di dunia ini umur tidak bisa ditahan, akan berlanjut terus. Kita lihat musisi yang sudah tampil di Java Jazz banyak yang sudah wafat seperti Chuck Loeb, Natalie Cole, Goerge Duke, Al Jarreau, Kenny Rankin, Bobby Caldwell, Miles Davis, dan Duke Ellington. Mereka ini diganti oleh orang-orang seperti Joey Alexander, Cory Wong, atau Arpi Alto. Jadi, memang akan berubah,” tutupnya.

Perhelatan The Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2023 ke-18 yang berlangsung pada 2-4 Juni kemarin di JIExpo Kemayoran Jakarta, menghadirkan 4 special show yaitu The Chicago Experience feat. Danny Seraphine dan Jeff Coffey, Stephen Sanchez, Cory Wong, dan MAX.

Baca juga: Selalu puas tampil di Java Jazz, Andien impikan set jazz Lady Gaga

Baca juga: Java Jazz tahun ini usai, tahun depan Peter Gontha buru Michael Buble

Baca juga: Nostalgia dengan 4 musisi legendaris di penutupan Java Jazz 2023

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023